Download Link :
http://www.ziddu.com/download/16733224/Pengantargrafikdanpengolahancitra.docx.htmlSabtu, 08 Oktober 2011
Minggu, 02 Oktober 2011
KESETIAAN DAN KEBANGGAN TERHADAP BAHASA INDONESIA
FOBIA
Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Fobia
Analisis :
Berdasarkan hasil analisis penggunaan kata serapan dalam artikel yang berjudul “Fobia” ternyata banyak digunakan karena pada setiap paragraph terdapat kata-kata serapan yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata serapan tersebut adalah: Fobia, fenomena, logika, mental, subjek, potensi. fiksasi, trauma, lift, emosi, mental blocks, katarsis, interaksi, otomatis, regresi, akumulasi, negative, represi, respon, intensitas, produktif. Kata-kata asing tersebut umumnya diserap dengan cara diadaptasikan kedalam ucapan bahasa Indonesia. Contohnya: logika kata asingnya logic, emosi kata asingnya emotion, dan seterusnya.
Opini :
Untuk mengungkapkan pikiran diperlukan bahasa sebagai sarana komunikasi. Berdasarkan fakta di atas, dapat diinterpretasikan bahwa bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang besar di antaranya karena pengaruh bahasa asing, baik dari luar Indonesi maupun dari bahasa-bahasa daerah. Akan tetapi bukan berarti kita harus melupakan bahasa kita sendiri sehingga kita keasing-asingan. Selama kata-kata dalam bahasa Indonesia mencukupi maka kita harus bangga menggunakan bahasa Indonesia.
Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Fobia
Analisis :
Berdasarkan hasil analisis penggunaan kata serapan dalam artikel yang berjudul “Fobia” ternyata banyak digunakan karena pada setiap paragraph terdapat kata-kata serapan yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata serapan tersebut adalah: Fobia, fenomena, logika, mental, subjek, potensi. fiksasi, trauma, lift, emosi, mental blocks, katarsis, interaksi, otomatis, regresi, akumulasi, negative, represi, respon, intensitas, produktif. Kata-kata asing tersebut umumnya diserap dengan cara diadaptasikan kedalam ucapan bahasa Indonesia. Contohnya: logika kata asingnya logic, emosi kata asingnya emotion, dan seterusnya.
Opini :
Untuk mengungkapkan pikiran diperlukan bahasa sebagai sarana komunikasi. Berdasarkan fakta di atas, dapat diinterpretasikan bahwa bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang besar di antaranya karena pengaruh bahasa asing, baik dari luar Indonesi maupun dari bahasa-bahasa daerah. Akan tetapi bukan berarti kita harus melupakan bahasa kita sendiri sehingga kita keasing-asingan. Selama kata-kata dalam bahasa Indonesia mencukupi maka kita harus bangga menggunakan bahasa Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)