Minggu, 07 November 2010

Organisasi Al-qaeda

Al-Qaeda adalah jaringan teroris internasional yang dipimpin oleh Usama Bin Laden [yang "Osama" adalah ejaan usang, karena tidak ada huruf "O" dalam bahasa Arab). Didirikan sekitar 1988 oleh bin Laden, al-Qaeda membantu keuangan, merekrut, transportasi dan melatih ribuan bertahap dari puluhan negara menjadi bagian dari Afghanistan tahan untuk mengalahkan Uni Soviet. Untuk melanjutkan jihad di luar Afganistan, al-Qaeda saat ini tujuannya adalah untuk membentuk suatu ketika-Khalifah Islam di seluruh dunia dengan bekerjasama dengan sekutu kelompok ekstremis Islam untuk menjatuhkan rezim yang dianggapnya "non-Islam" dan membuang Barat dan non-Muslim dari Muslim negara.

Pada bulan Februari 1998, al-Qaeda mengeluarkan pernyataan di bawah spanduk dari "Front Dunia Islam bagi Jihad terhadap orang-orang Yahudi dan memeluk" mengatakan adalah kewajiban semua Muslim untuk membunuh warga AS-sipil atau militer-dan sekutu mereka di mana-mana. Al-Qaeda akan bergabung dengan Jihad Islam Mesir (Al-Jihad) dari Ayman al-Zawahiri pada bulan Juni 2001.

Setelah al-Qaeda's 11 September 2001, serangan di Amerika, Amerika Serikat meluncurkan perang di Afghanistan untuk memusnahkan al-Qaeda's ada dasar dan menggulingkan Taliban, negara Islam fundamentalis pemimpin yang harbored bin Laden dan pengikutnya. "Al-Qaeda" adalah Bahasa Arab untuk "dasar."

Dalam sebuah rumah al-Qaeda di Afganistan, wartawan New York Times ditemukan sebuah pernyataan singkat dari "Tujuan dan Tujuan jihad":

* Melakukan supremasi Allah di muka bumi
* Mencapai syahid di jalan Allah
* Kesucian yang menempati urutan Islam dari unsur-unsur dari kerusakan moral

Pada tahun 1998, beberapa pemimpin al-Qaeda mengeluarkan pernyataan panggil untuk membunuh Muslim di Amerika-termasuk warga sipil sebagai "orang-orang yang dengan sekutu di antara mereka penolong dari Setan."

Tactics termasuk pembunuhan, bom, perampokan, penculikan, serangan bunuh diri, dkk. Sejumlah laporan dan publik Bin Laden proclamations menunjukkan keinginan kuat untuk memperoleh dan memanfaatkan biologi, kimia dan senjata nuklir. Sasaran cenderung menonjol simbol (gedung-gedung publik, kedutaan dan personil militer, dll) dari Amerika Serikat, para sekutu, dan pemerintah Muslim moderat. Menurut mantan Direktur CIA George J. pendapat, "Usama Bin Ladin's organisasi dan kelompok teroris lainnya adalah menempatkan penekanan pada peningkatan pengembangan surrogates untuk melakukan serangan dalam upaya untuk menghindari deteksi. Misalnya, Jihad Islam Mesir (EIJ) adalah terkait erat untuk Bin Ladin's organisasi dan telah operatives berlokasi di seluruh dunia-termasuk di Eropa, Yaman, Pakistan, Lebanon, dan Afganistan. Dan, sekarang ada yang rumit web dari aliansi antara ekstrimis Sunni di seluruh dunia, termasuk Afrika Utara, Palestina radikal, mahu menglangsaikan hutang kad kreditnya, dan Asia Tengah. Beberapa dari teroris ini sedang aktif disponsori oleh pemerintah nasional yang antipathy menuju pelabuhan besar Amerika Serikat. "
Adalah mustahil untuk diketahui secara tepat, karena adanya desentralisasi struktur organisasi. Al-Qaida mungkin memiliki beberapa ribu anggota dan asosiasi. Ini tentunya lebih dari 5.000 orang dilatih di kamp di Afghanistan sejak akhir tahun 1980-an. Ia juga bertindak sebagai titik fokus untuk jaringan di seluruh dunia yang mencakup banyak kelompok ekstremis Islam Sunni, beberapa anggota al-Gama'a al-Islamiyya, Gerakan Islam Uzbekistan, dan Harakat ul-Mujahidin.
Bantuan Eksternal

Bin Laden, milyarder anggota dari keluarga yang memiliki Bin Ladin Group konstruksi kerajaan, yang dikatakan memiliki warisan puluhan juta dolar yang ia digunakan untuk membantu keuangan grup. Al-Qaida juga mempertahankan uang depan bisnis, seperti solicits sumbangan dari pendukung-hati, dan illicitly siphons dana dari sumbangan kepada organisasi amal Muslim. US upaya untuk memblokir al-Qaida memiliki dana terhambat al-Qaida kemampuan untuk mendapatkan uang.

Al-Qaida telah bekerja sama dengan sejumlah kelompok teroris dikenal di seluruh dunia termasuk:

* Kelompok bersenjata Islam
* Salafist Group untuk panggilan dan Memerangi dan teguh Islam Kelompok
* Jihad Islam Mesir (Mesir)
* Al-Gama'a al-Islamiyya
* Jamaat Islamiyya
* Libya yang memerangi Islam grup
* Bayt al-Imam (Yordania)
* Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Muhammad (Kashmir)
* Asbat al Ansar
* Hezbollah (Lebanon)
* Al-BADAR
* Harakat ul Ansar / Mujahadeen
* Al-Hadis
* Harakat ul Jihad
* Jaish Muhammad SAW - JEM
* Jamiat Ulama-e-Islam
* Jamiat-ul-Ulama-e-Pakistan
* Laskar e-Toiba - L
* Front Pembebasan Islam Moro (Filipina)
* Abu Sayyaf Group (Malaysia, Filipina)
* Al-Ittihad Al Islamiya - AIAI (Somalia)
* Gerakan Islam Uzbekistan
* Islam TENTARA Aden (Yaman)

Kelompok-kelompok ini berbagi al-Qaeda's Sunni Muslim fundamentalis dilihat. Beberapa ahli teori yang teror Al-Qaeda, setelah hilangnya Afganistan dasar itu, mungkin semakin bergantung pada simpatisan afiliasi untuk melaksanakan agenda itu. Pejabat intelijen dan terorisme pakar juga mengatakan bahwa al-Qaeda telah melangkah di atas kerjasama dengan logistik dan pelatihan dengan Hezbollah, yang radikal, Iran-Libanon didukung milisi diambil dari minoritas Syi'ah strain Islam.

Al-Arabiyah televisi dilaporkan pada tanggal 20 Oktober 2004 yang Jama'at Al-Tawhid wa Al-Jihad hadr merilis sebuah pernyataan resmi mengklaim telah bergabung dengan Al-Qaeda jaringan teroris. Al-Jazeera menyiarkan pernyataan oleh grup mengidentifikasi diri sebagai Tanzim Qa'idat Al-Jihad di Bilad al-Rafidayn (Organisasi dari Jihad's Base di Negara dari Dua Sungai). Irak umumnya dikenal sebagai tanah dua sungai, yang Tigris dan Efrat. Pernyataan belum diverifikasi. Usamah bin Laden'd 29 Oktober 2004 video broadcast pada jaringan TV Arab Al Jazeera dibuat mendesak Zarqawi, menunjukkan bahwa laporan beberapa hari sebelumnya yang Zarqawi dan Bin Laden yang telah bergabung dalam kesalahan.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/1853991-al-qaeda-kelompok-penyelamatan-suci/

Selasa, 02 November 2010

Manfaat beorganisasi

Benarkah berorganisasi di sekolah identik dengan penurunan prestasi dan konsentrasi belajar? Memang berorganisasi dapat bersifat adiktif. Namun, jika tidak pandai mengatur waktu, tugas-tugas lain bisa terbengkalai. Inilah salah satu sisi "negatif"-nya.

Melihat sisi "negatif" berorganisasi di sekolah, kita juga harus melihat sisi positifnya. Di luar semua itu berorganisasi di sekolah ternyata memiliki banyak nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam pengembangan pribadi.


Menambah pengalaman

Dengan menjadi anggota panitia suatu kegiatan, kita mendapat pengalaman berorganisasi. Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Ada yang berpikir cepat dan nyambung dengan pikiran kita, namun ada juga yang lemot dan enggak nyambung-nyambung.

Dengan kesibukan tambahan ini, mau tidak mau kita harus belajar strategi menyatukan visi, membagi kerja, dan menjalankan tugas. Istilah kerennya, job description masing-masing tugas harus jelas. Berbagai benturan yang mungkin terjadi saat menyatukan visi, tentu akan menjadi tambahan pengalaman tersendiri. Begitu pula saat pembagian kerja, kita menjadi terbiasa untuk bekerja secara team work, saling membahu, mendukung satu dengan lainnya.

Selain memperoleh pengalaman berorganisasi, kita juga mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang yang kita kerjakan. Misalnya, bila bertugas sebagai seksi publikasi, kita akan mendapat pengalaman bagaimana berhubungan dengan orang lain di luar kelompok sendiri, bagaimana mempromosikan kegiatan yang kita buat dan media yang akan digunakan.

Bergabung dengan kepanitiaan suatu kegiatan tentu membuat kita harus berinteraksi dengan banyak orang. Proses interaksi ini membuat kita menjadi kenal dan dikenal banyak orang. Dengan kata lain, melalui pergaulan yang luas, kita akan memiliki banyak teman.

Sikap mental

Kegiatan di luar sekolah juga membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Setiap kerja pasti ada target waktu (deadline) yang harus dicapai. Dengan adanya job description kita harus bisa memimpin diri sendiri, menentukan skala prioritas dan disiplin dalam menjalankan rencana kerja agar selesai sebelum target waktu (deadline) yang ditentukan.

Selain kedisiplinan, ketekunan kita juga terasah. Tidak semua tugas yang menjadi tanggung jawab, mudah dilaksanakan. Kadangkala ada tugas yang membutuhkan ketekunan, seperti mewawancarai orang penting yang sulit ditemui. Bila tidak tekun tugas kita tidak terselesaikan.

Jabatan yang kita emban berhubungan dengan kepercayaan. Dalam melaksanakan tugas, kita diberi kepercayaan, bisa berupa wewenang atau materi. Kita dituntut bersikap jujur, tidak menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan. Hal ini membutuhkan keberanian untuk melawan keinginan negatif dan melatih kejujuran kita.

Dengan pengalaman yang kita dapatkan saat berorganisasi, secara sadar maupun tidak, tingkat kepercayaan diri kita juga meningkat. Kepercayaan diri yang tinggi ini amat berguna saat kita harus melangkah dan menentukan sesuatu. Bila kita percaya diri, maka kita akan lebih berani dalam menghadapi segala situasi.

Keuntungan tambahan

Di luar semua itu, ternyata masih ada keuntungan tambahan yang bisa kita dapatkan dari kegiatan berorganisasi di sekolah. Keuntungan tambahan itu adalah suvenir-suvenir yang dapat kita koleksi untuk dikenang di masa depan. Suvenir-suvenir itu dapat berupa kaus, kartu kepanitian, bandana, topi dan lain-lain. Benda - benda yang sekilas tidak berharga itu mungkin bisa menjadi berharga karena menyimpan kenangan yang tidak tergantikan.

Namun, pada akhirnya betapa pun positifnya berorganisasi di sekolah, kewajiban utama kita sebagai pelajar adalah belajar. Kemampuan berorganisasi hendaknya disertai dengan kemampuan mengatur waktu dengan baik, agar kita dapat mendapatkan semua manfaat berorganisasi tanpa mengorbankan prestasi.

Sumber : http://cahyanuaink.blogspot.com/2010/11/manfaat-berorganisasi.html

Mengenal Organisasi Intra maupun ekstra di kampus


Judul tulisan ini bukan bermaksud untuk mengkampanyekan praktek poligami yang dilakukan oleh beberapa orang yang bahkan tidak segan-segan untuk membuat satu komunitas sendiri beranggotakan para pasangan poligami. Tulisan ini bermaksud mengupas persoalan yang saat ini muncul di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum UNS, terkait dengan isu dikotomi antara organisasi intra dan ekstra kampus.
Di beberapa kampus, dikotomi organisasi intra dan ekstra kampus tidak jarang memunculkan gesekan-gesekan yang berujung pada baku hantam antara kedua pihak. Baik organisasi intra maupun ekstra kampus, sama-sama mendiskreditkan pihak yang tidak menjadi bagian dari mereka.
Tidak ada salahnya memang jika kita mendikotomikan antara organisasi intra dan ekstra kampus karena pada realitanya kedua tipe organisasi tersebut memang berbeda, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan. Karena yang patut dipersalahkan sebetulnya ialah penyikapan atas perbedaan yang ada.
Perbedaan diantara keduanya terletak pada keterikatan dengan pihak kampus. Berbeda organisasi intra kampus yang begitu terikat dengan birokrat kampus, organisasi ekstra kampus berdiri independen tanpa terikat dengan birokrat kampus.
Biasanya, organisasi intra kampus, karena merasa bahwa kampus merupakan ”rumah” mereka, maka sebisa mungkin peluang bagi organisasi ekstra kampus untuk ikut mewarnai dinamika kampus ditutup serapat-rapatnya. Tidak jarang usaha-usaha untuk mendiskreditkan organisasi ekstra kampus pun dilancarkan oleh para empunya kampus tersebut.
Merasa ruang geraknya dibatasi, organisasi ekstra kampus pun tidak kehilangan akal. Berbagai macam celah pun berusaha mereka temukan agar dapat ikut mewarnai dinamika kampus yang sedang berkembang. Kreativitas mereka dalam bergerak semakin diuji ketika muncul SK DIRJEN DIKTI Nomor 26/DIKTI/Kep/2002 tentang pelarangan organisasi ekstra kampus atau partai politik dalam kehidupan kampus. SK tersebut berisi bahwa melarang segala bentuk Organisasi Ekstra Kampus dan Partai Politik membuka sekretariat (perwakilan) dan atau melakukan aktivitas politik praktis di dalam kampus.
Dengan bersenjatakan SK DIRJEN DIKTI ini, beberapa organisasi intra kampus coba menghalau pergerakan organisasi ekstra kampus di dalam ”rumah” mereka. Mereka menafsirkan bahwa organisasi ekstra kampus dilarang beraktivitas apapun di dalam kampus. Padahal jika kita jeli, yang dilarang dari SK DIRJEN DIKTI tersebut hanya melarang pendirian sekretariat dan aktivitas politik praktis.

Kepentingan Politik
Ada beberapa kalangan intra kampus yang menolak infiltrasi organisasi ekstra ke dalam kampus mereka karena alasan bahwa organisasi ekstra kampus memiliki kepentingan politik. Pertanyaan yang muncul ialah apakah gerakan mahasiswa, baik intra maupun ekstra kampus, bebas dari kepentingan politik?
Saya pikir, baik intra maupun ekstra kampus, tidak terbebas dari kepentingan politik. Karena pada dasarnya, menurut Aristoteles, manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang berpolitik. Hanya saja, gerakan politik yang diusung oleh gerakan mahasiswa bukanlah gerakan politik kekuasaan (Power Political Movement) yang merupakan fungsi dasar partai politik dimana penetapan agenda dan target politik maupun pemilahan lawan dan kawan politik semata-mata sebagai urusan taktis dan strategis untuk memperkuat dan mengukuhkan posisi politiknya dalam percaturan kekuasaan sekarang dan di masa depan. Gerakan politik mahasiswa lebih pada gerakan politik nilai (Values Political Movement). Mahasiswa dituntut untuk memperjuangkan nilai-nilai (Values) atau sistem nilai (Values System) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi, kepedulian kepada rakyat tertindas.

Sinergisitas Gerakan
Berangkat dari tuntutan tersebut, maka sudah seharusnya gerakan mahasiswa menghindarkan diri dari jebakan dan manipulasi kepentingan elite maupun partai politik tertentu. Jika gerakan mahasiswa sudah terjebak pada agenda politik kalangan elite tertentu, maka kepada siapa lagi rakyat akan berharap jika para pengusung politik nilai saja sudah menggadaikan idealismenya?
Selain itu, dikotomi yang ada antara organisasi intra dan ekstra kampus, biarlah itu menjadi kondisi obyektif dari gerakan mahasiswa. Jangan sampai dikotomi diantara keduanya dijadikan alasan untuk saling menganggap musuh antara gerakan mahasiswa. Karena yang terjadi saat ini mengarah pada hal tersebut.
Gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan gerakan mahasiswa pada zaman-zaman perjuangan melawan tirani rezim Orba. Mahasiswa, baik yang berasal dari intra maupun ekstra kampus, saling bersinergis melakukan sebuah gerakan bersama untuk melawan setiap tindakan represif yang dilakukan oleh rezim saat itu. Hingga pada puncaknya, gerakan mahasiswa dapat memetik buah manis dari perjuangan yang mereka lakukan dengan ditandai turunnya Soeharto.
Mahasiswa yang mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di bangku kuliah, dituntut tidak hanya melulu memikirkan hal-hal yang bersifat akademis saja, tetapi juga diharapkan mampu menjadi tempat harapan bagi rakyat tertindas. Untuk itu, perlu kita rapatkan barisan gerakan mahasiswa ini. Jangan posisikan diri kita menjadi tersekat-sekat dalam ruang sempit yang sebetulnya itu hanya akan membinasakan kita sendiri. Baik organisasi intra maupun ekstra kampus sama-sama memiliki peran penting dalam gerakan mahasiswa. Mengapa kita tidak ”mengawini” atau menerima keduanya? Kecuali jika kita sebagai mahasiswa justru ingin memperlemah gerakan mahasiswa yang membawa nilai-nilai universal ini, maka wajar jika kita masih saja memposisikan organisasi intra versus organisasi ekstra kampus.
Sumber : http://id.shvoong.com/humanities/1961638-berpoligami-dengan-organisasi-intra-dan/

Budaya Musik


Dewasa ini banyak berkembang group-group band di Indonesia yang dari berbagai aliran musik. Dan perlu kita tahu bahwa sebagian besar group band di Indonesia mengusung aliran musik asing. Ini merupakan pengaruh budaya asing terhadap budaya local. Dan salah satu budaya asing yang mempengaruhi budaya local Indonesia adalah di budaya musik.
Tentang musik, ada banyak hal yang bisa dibahas, mulai dari nada, not, instrumen musik, pemusik, pencipta, hingga jenis irama. Berbicara musik pun tidak terlepas dari jenis-jenisnya, dari klasik hingga pop. Di mana-mana, di atas dunia, banyak orang bermain musik. dari yang pop sampai klasik, begitu paling tidak dikatakan Raja dangdut Rhoma Irama dalam Musik satu lagunya yang mencetak hits pada 1970-an. Banyak orang bilang, dasar dari semua permainan (jenis/genre) musik berasal dari klasik, yang tumbuh dan berkembang pada Periode Klasik. Umumnya, semua sekolah musik memberikan pelajaran kepada siswanya dengan pengenalan dasar-dasar not dan lagu klasik dari Barat, yang tumbuh dan berkembang pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Zaman Klasik dibatasi antara Zaman Barok dan Zaman Romantik. Komponis yang terkenal pada masa itu adalah Joseph Haydn, Muzio Clementi, Johann Ladislaus Dussek, Andrea Luchesi, Antonio Salieri, Carl Philipp, Emanuel Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven.
Musik tidak bisa tidak merupakan salah satu potret seni budaya, tradisi dan pandangan hidup masyarakat, tempat ia tumbuh dan berkembang di dalamnya. Karya cipta musik yang baik pun selalu menggambarkan suasana hati dan pikiran sang pencipta.
Dari musik klasik, orang kemudian diperkenalkan kepada jenis musik jazz dan blues yang merupakan jeritan hati kaum budak (negro) di Amerika Serikat.
Di negeri Paman Sam, semula hanya dikenal country dan rock and roll, yang menjadi sangat populer sejak kemunculan Elvis Presley tahun1950-an.
Dalam waktu hampir bersamaan, di belahan bumi Amerika Latin dan Afrika terjadi gelombang aneka jenis musik, di antaranya reggae, ska, hip hop, R&B, Soul, Dixie, Rhumba, Chacha, dan Bosanova. Memasuki 1960-an, di Inggris muncul generasi pop yang dipelopori Beatles, selain rock `n` roll blues yang dimotori Rolling Stones.
Disebut pop karena generasi ini tidak melekatkan diri pada budaya tertentu dan menciptakan musik sesuai selera dan gaya hidup modern.
Di Indonesia, muncul pula kelompok musik "ngak-ngik-ngok" Koes Bersaudara, belakangan berganti nama menjadi Koes Plus, yang sempat dijuluki Presiden Soekarno sebagai kapitalis, juga Dara Puspita. Selain itu, juga tampil band pop dan rock seperti Gypsy, Mercy`s, Panbers, D`Llyod, God Bless, Rollies, Giant Step, AKA, SAS, Black Brothers dan sebagainya. Sebelum generasi pop menyerbu ke Indonesia, di negeri Nusantara ini sudah pula berkembang musik klasik, tokohnya yang terkenal antara lain Ismail Marzuki dan Mochtar Embut. Namun, ketimbang menyebutnya klasik, pianis dan komponis bereputasi internasional Ananda Sukarlan lebih suka memakai istilah musik sastra. Menurutnya, musik sastra adalah lagu yang dibuat dari karya sastra, sajak dan puisi. Not demi not ditulis dalam partitur sebagai sebuah komposisi musik dan lagu.
Dari penghayatan dan kemudian rasa sungkan serta hormat terhadap puisi itu, seorang musisi/komponis menciptakan lagu dengan merangkai chord (kunci) dan not untuk musik dasar dan melodinya, dalam kesatuan harmoni demi menghadirkan keindahan dan keanggunan lagu sesuai kandungan puisi.

Sumber : http://id.shvoong.com/entertainment/music/1893644-budaya-musik/

FPI tetap sabar dan ikhlas dalam berjuang


Front Pembela Islam (FPI) terus memantapkan langkah perjuangannya. Melalui Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke-II yang digelar di Villa Baladegana, Gunung Geulis, Bogor, pada tanggal 8-9 Oktober 2010, FPI bertekad akan terus bersemangat memperjuangkan agama Allah serta membangun loyalitas disiplin dan tanggung jawab perjuangan.

"Kita tidak boleh berhenti, walaupun semua orang mencaci maki, FPI akan tetap sabar dan ikhlas dalam berjuang", ungkap Ketua umum DPP FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab dalam pidato sambutannya.

Habib Rizieq juga mengingatkan semua pengurus FPI agar terus membenahi diri agar ke depan dapat lebih baik lagi. sementara kepada para anggota FPI di seluruh Indonesia, Habib berpesan perlunya disegarkan kembali tentang loyalitas, disiplin dan tanggung jawab anggota terhadap perjuangan.

Hal itu penting untuk dilakukan karena sebagai ormas Islam terdepan dalam amar makruf nahi munkar,FPI kini telah menjadi target musuh-musuh Islam. Isu pembubaran FPI terus digelontorkan melalui LSM-LSM komprador liberal dan antek asing yang didukung media massa sekuler.

"Bahkan di DPR ada komisi khusus yaitu komisi 238 (gabungan komisi) yang bertujuan untuk membubarkan FPI", ungkap Habib Rizieq.

Selain itu, kandidat doktor Malaya University Malaysia itu juga memaparkan tentang strategi, visi dan misi perjuangan FPI untuk menegakkan syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Melalui penjelasannya itu, beliau membantah opini negatif yang menganggap upaya penegakkan khilafah itu seolah-olah ingin menjatuhkan pemerintahan yang ada melalui pemberontakan. "Itu fitnah", tegasnya.

Habib mencontohkan secara konkrit upaya menuju khilafah dapat dilalui dari berbagai bidang seperti bidang pendidikan, pencetakan mata uang, pendirian bank Islam, penghapusan visa, pembentukan parlemen dunia Islam, pakta pertahanan dunia Islam, dan satelit Islam. "Selama ini negara-negara Eropa saja bisa bersatu dalam berbagai hal, kenapa kita tidak bisa?", ujarnya.

Mukernas FPI kali kedua ini selain dikuti oleh seluruh pengurus pusat, juga dihadiri oleh perwakilan pengurus FPI seluruh Indonesia. Selain Habib Rizieq, turut memberikan kata sambutan Mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi, Sekjen FUI KH. Muhammad Al Khaththath dan Perwakilan Kemendagri H. Cecep Supriyanto.

Mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi menyampaikan rasa salut dan hormat kepada FPI atas ketegasan dan konsistensinya dalam perjuangan. Ungkapan itu disampaikan oleh Kiyai Hasyim dalam sambutannya di hadapan peserta Mukernas II Front Pembela Islam pada Jumat malam (8/10/2010)

Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu juga berpesan bahwa dalam perjuangan ada beberapa hal yang harus dijaga, yaitu semangat, ketegasan, keikhlasan, dan kompetensi atau kualitas perjuangan. Menurut pengalaman pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Malang itu saat ini sifat keikhlasan sudah menjadi langka di Indonesia.

"Tidak sedikit organisasi yang kendor dan melenceng dari visi misi perjuangan karena keikhlasannya di rusak oleh adanya godaan kepentingan yang lain", ungkapnya.

Menurut Kiyai Hasyim, di jaman teknologi canggih sekarang ini, dengan mudah dan dalam waktu singkat berbagai macam informasi bisa diputarbalikkan dari fakta yang sebenarnya. Termasuk opini miring tentang FPI yang sengaja dilakukan oleh media massa.

Pada akhirnya, Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab ,MA dengan Sekjen FPI KH Ahmad Shabri Lubis menunjukkan rasa terima kasih kepada berbagai pihak dengan ungkapannya,

Sumber : http://www.fpi.or.id/?p=detail&nid=248

Kepemimpinan di organisasi sosial


Ada banyak tipe – tipe kepemimpinan yang bisa diterapkan dalam organisasi. yang pertama tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin model ini mempunyai wewenang penuh dalam memutuskan sebuah kebijakan. Kedua tipe kepemimpinan demokrasi, model kepemimpinan ini dalam mengambil kebijakan selalu melibatkan orang-orang dalam organisasi. Tipe kepemimpinan Lessees fair, model tipe kepemimpinan ini memberikan kebebasan untuk mengambil kebijakan. Dari madel – model tipe kepemimpinan diatas yang lebih cocok untuk organisasi social adalah tipe Demokrasi yang memiliki kesejajaran orang – orang dalam organisasi.
Didalam organisasi social tentunya masing – masing mempunyai fungsi dan peran yang mana satu dengan yang lainya ada saling keterkaitan dan saling mendukung. Disini tidak ada istilah orang nomor satu, bos, follower dan suportdinate, akan tetapi semuanya adalah pemimpin sesuai dengan fungsi dan peranya masing – masing. Kepemimpinan dalam organisasi sosial yang lebih cocok adalah semuanya sejajar yang masing – masing orang mempunyai fungsi yang sama menuju pencapaian visi dan misi organisasi. Artinya posisi Visi dan Misilah yang menjadi landasan kerja dalam organisasi.
Tentunya komunikasi efektif sangat diperlukan di organisasi sosial sebagai fungsi kontrol dan evaluasi pencapaian visi dan misi organisasi. Tanpa adanya komunikasi yang efektif organisasi akan mengalami kendala kendala untuk pencapaian visi yang telah dicanangkan. Dan diperlulkan juga kerjasama masing-masing bidang untuk menjalankan organisasi dan menghindari keterbatasan – keterbatasan yang ada dalam oraganisasi.
Masing-masing orang dalam organisasi sosial seyogyannya menganggap dirinya sebagai pemimpin. yang bertumpukan pada Creators of Growth and Learning (pengagas perkembangan dan pembelajaran). Sehingga masing – masing orang dalam organisasi tidak menganggap dirinya sebagai supordinate saja yang identik denga istilah direct report atau yesman.
Setiap orang dalam organisasi sosial mempunyai tugas dan tangung jawab yang harus dijalankan secara profesional dan mempunyai kebijakan – kebijakan yang mandiri dengan tetap mengacu pada peraturan – peraturan organisasi yang telah ditetapkan. sehingga tidak ada rasa ketakutan untuk bersifat mandiri dalam kebijakan dalam organisasi sosial karena masing – masing bidang menerapkan kepemimpinan sejajar untuk pencapaian visi dan misi.
Model kepemimpinan yang sejajar diharapkan akan mampu mendongkrak loyalitas dan rasa memiliki masing – masing orang dalam organisasi karena adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab dimasing – masing sistem. Masing-masing sistem akan bekerja dan memperjuangkan tugas – tugas yang telah dibuat dan ditetapkan bersama dengan mengindahkan wewenangya untuk bergerak leluasa demi pencapaian visi dan misi.
Ketika orang – orang dalam organisasi hanya menjalanka tugas – tugas yang sifatnya top down yang hanya menjalankan sesuai dengan yang telah disepakati dengan tidak mengindahkan wewenang-wewenang untuk mengambil kebijakan ketika permasalahan – permasalahan timbul dan perkembangan dalam menjalankan tugas – tugas organisasi maka ini akan menghambat kreatifitas anggota yang tentunya akan menghambat pencapaian visi dan misi organisasi.
Dalam percepatan pencapaian Visi dan misi organisasi diperlukan loyalitas anggota organsasi yang benar-benar militan. yang mana pencapaian tim yang militan ini hanya akan mampu dicapai dengan menghilangkan individualisme dan egoisme. karena egoisme dan individualisme akan menjadi penyebab terjadinya kesenjangan dalam sebuah organisasi yang pada akhirnya akan mengurangi loyalitas dari anggota, disamping juga tetap mengindahkan hak-hak manusia sebagai mahluk pribadi.

Sumber : http://zainalfpdp2.wordpress.com/2008/01/08/kepemimpinan-di-organisasi-sosial/

Lahirnya Organisasi Muhammadiyah


Organisasi Muhammadiyah pada mulanya didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912 M atau bertepatan dengan 13 Zulhijah 1330 H di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan. Dasar pendiriannnya adalah untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah karena pada masa itu praktek agama Islam telah bercampur dengan tahyul bida’ah dan churafat atau yang dikenal dengan penyakit TBC.
Organisasi ini kemudian dibawa ke Minangkabau oleh Buya AR Sutan Mansur yang kemudian menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama dengan adik iparnya yaitu Buya Hamka atas restu dari Inyiak DR atau Syeikh Abdul Karim Amrullah. Bukittinggi pernah menjadi tuan rumah Kongres Muhammadiyah yang juga dihadiri oleh Nyai Ahmad Dahlan, isteri KH Ahmad Dahlan sendiri.
Di Tanjung Alam, pendirian Muhammadiyah juga menghadapi tantangan yang sangat berat mengingat pada masa itu umumnya masyarakat khawatir kehadiran organisasi Muhammadiyah akan memecah belah “ukhuwah islamiyah” dan persatuan masyarakat Tanjung Alam. Terlepas dari pro dan kontra, akhirnya Muhammadiyah berdiri tahun 1974 yang didirikan oleh Nazaruddin Sutan Muntiko Basa sebagai ketua pertama dan Nasrul Sutan Sati sebagai bendahara. Pada waktu pendiriannya di TK Perpeta Tanjung Alam juga dihadiri oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah IV Angkat Candung yaitu Ustadz H. Nazir Nurdin, Angku Khatib Masjid Nurul Huda Tanjung Alam, Angku Hadjam Hakim dan lain-lain. Salah seorang warga suku Pili Tanjung Alam yaitu Haji Mukhtar kemudian mewakafkan tanahnya yang terletak di depan Masjid Nurul Huda untuk digunakan bagi pendirian gedung Muhammadiyah.

Sepeninggal Nazaruddin Sutan Muntiko Basa pada tahun 1986, Pimpinan Muhammadiyah Ranting Tanjung Alam diketuai oleh Ripin Sutan Pono Ameh. Organisasi ini menjalankan kegiatannya seperti menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim, membuka madrasah, koperasi simpan pinjam, memberikan pengajian rutin mingguan dan didikan subuh anak-anak dan didikan Shalat Tarawih pada bulan suci Ramadhan.
Organisasi ini kemudian cukup berkembang sehingga seringkali didatangi oleh berbagai pimpinan Muhammadiyah baik dari Wilayah Sumatera Barat maupun dari daerah lain seperti Bangkinang. Sementara itu berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut juga telah berhasil tidak hanya menjangkau masyarakat Tanjung Alam tetapi juga di jorong lain seperti Tanjung Medan, Batang Buo dan Pilubang serta mencetak generasi muda yang memiliki kesadaran beragama yang cukup tinggi. Salah satu keberhasilan yang dilakukan oleh gerakan Muhammadiyah adalah menanamkan kesadaran beragama terhadap generasi muda khususnya yang menempuh pendidikan sekuler. Sebelumnya kegiatan keagamaan hanya didominasi oleh tamatan sekolah agama seperti Thawalib Padang Panjang.
Disamping itu, pendidikan agama yang dikelola oleh Muhammadiyah memperkenalkan system yang lebih modern seperti menggunakan meja tulis yang dulunya hanya memakai system halakah dan kurikulum yang diajarkan tidak hanya pendidikan agama semata-mata namun juga memperkenalkan ilmu dunia lainnya seperti bahasa Inggris, tata boga, keorganisasian, managemen dan Kemuhammadiyahan. Dalam waktu tertentu juga dilaksanakan kursus dan pelatihan seperti: Leadership (kepemimpinan), Training Keorganisasian, Darmawisata dan lain-lain.
Sejak meninggalnya Nasrul Sutan Sati pada tahun 1989 dalam suatu kecelakaan lalu lintas di Lubuk Alung, jurang komunikasi yang semula sangat lebar dengan pihak Nagari Tanjung Alam mulai dibenahi oleh pengurusnya berikutnya dibawah pimpinan H. Muhardi Radjab, SH. Tidak beberapa lama kemudian, Madrasah Ibtidayah Muhammadiyah (MIM) yang dibina Muhammadiyah Ranting Tanjung Alam disepakati sebagai pengganti Tampat Pendidikan Al Quran (TPA) Perpeta sehingga pelaksanaan Khatam Al Quran murid MIM mulai diselenggarakan oleh pihak Nagari.
Sumber : http://baikoeni.multiply.com/journal/item/117